Kebutuhan Seorang Hamba Kepada Allah
Bahwa kita semua sangat butuh kepada Allah adalah suatu hal yang sudah
jelas. Akan tetapi boleh jadi sebagian ktg belum mengetahui secara persis
sejauh mana tingkat kebutuhan kita kepada Allah Ta'ala. Maka hadits berikut ini
menjelaskan kepada kita tentang betapa butuhnya kita kepada Allah dan betapa
luasnya karunia Allah serta sifat-sifat Allah yang terpuji lainnya. Hadits ini
patut menjadi bahan renungan kita semuanya.
عَنْ أَبِي ذَرٍّ الْغِفَارِي رَضِيَ اللهُ عَنْهُ،
عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِيْمَا يَرْوِيْهِ عَنْ
رَبِّهِ عَزَّ وَجَلَّ أَنَّهُ قَالَ : يَا عِبَادِي إِنِّي حَرَّمْتُ الظُّلْمَ
عَلىَ نَفْسِي وَجَعَلْتُهُ بَيْنَكُمْ مُحَرَّماً، فَلاَ تَظَالَمُوا . يَا
عِبَادِي كُلُّكُمْ ضَالٌّ إِلاَّ مَنْ هَدَيْتُهُ، فَاسْتَهْدُوْنِي
أَهْدِكُمْ . يَا عِبَادِي كُلُّكُمْ جَائِعٌ إِلاَّ مَنْ أَطْعَمْتُهُ
فَاسْتَطْعِمُوْنِي أَطْعِمْكُمْ . يَا عِبَادِي كُلُّكُمْ عَارٍ إِلاَّ مَنْ
كَسَوْتُهُ فَاسْتَكْسُوْنِي أَكْسُكُمْ . يَا عِبَادِي إِنَّكُمْ تُخْطِئُوْنَ
بِاللَّيْلِ وَالنَّهَارِ وَأَناَ أَغْفِرُ الذُّنُوْبَ جَمِيْعاً،
فَاسْتَغْفِرُوْنِي أَغْفِرْ لَكُمْ، يَا عِبَادِي
إِنَّكُمْ لَنْ تَبْلُغُوا ضُرِّي فَتَضُرُّوْنِي، وَلَنْ تَبْلُغُوا نَفْعِي
فَتَنْفَعُوْنِي . يَا عِبَادِي لَوْ أَنَّ أَوَّلَكُمْ وَآخِرَكُمْ وَإِنْسَكُمْ
وَجِنَّكُمْ كَانُوا عَلَى أَتْقَى قَلْبِ رَجُلٍ وَاحِدٍ مِنْكُمْ مَا زَادَ
ذَلِكَ فِي مُلْكِي شَيْئاً . يَا عِبَادِي لَوْ أَنَّ أَوَّلَكُمْ وَآخِرَكُمْ
وَإِنْسَكُمْ وَجِنَّكُمْ كَانُوا عَلَى أَفْجَرِ قَلْبِ رَجُلٍ وَاحِدٍ مِنْكُمْ
مَا نَقَصَ ذَلِكَ مِنْ مُلْكِي شَيْئاً . يَا عِبَادِي لَوْ أَنَّ أَوَّلَكُمْ
وَآخِرَكُمْ وَإِنْسَكُمْ وَجِنَّكُمْ قَامُوا فِي صَعِيْدٍ وَاحِدٍ فَسَأَلُوْنِي
فَأَعْطَيْتُ كُلَّ وَاحِدٍ مَسْأَلَتَهُ مَا نَقَصَ ذَلِكَ مِمَّا
عِنْدِي إِلاَّ كَمَا يَنْقُصُ الْمَخِيْطُ إِذَا أُدْخِلَ الْبَحْرَ
. يَا عِبَادِي إِنَّمَا هِيَ أَعَمَالُكُمْ أُحْصِيْهَا لَكُمْ ثُمَّ
أُوْفِيْكُمْ إِيَّاهَا فَمَنْ وَجَدَ خَيْراً فَلْيَحْمَدِ
اللهَ وَمَنْ وَجَدَ غَيْرَ ذَلِكَ فَلاَ يَلُوْمَنَّ إِلاَّ نَفْسَهُ . [رواه مسلم]
Dari Abu Dzar Al Ghifari radhiallahu anhu dari Rasulullah
shollallohu ‘alaihi wa sallam sebagaimana beliau riwayatkan dari Rabbnya Ta'ala
bahwa Dia berfirman: “Wahai para hambaku, sesungguhya Aku telah mengharamkan
kezaliman atas diri-Ku dan Aku telah menetapkan haramnya (kezaliman itu) di antara
kalian, maka janganlah kalian saling berlaku zalim. Wahai hamba-Ku kalian semuanya
tersesat kecuali siapa yang Aku beri hidayah, maka mintalah hidayah kepada-Ku
niscaya Aku akan beri kalian hidayah. Wahai hamba-Ku, kalian semuanya kelaparan
kecuali siapa yang Aku berikan kepadanya makanan, maka mintalah makan kepada-Ku
niscaya Aku beri kalian makanan. Wahai hamba-Ku, kalian semuanya telanjang
kecuali siapa yang Aku berikan kepadanya pakaian, maka mintalah pakaian
kepada-Ku niscaya Aku berikan kalian pakaian. Wahai hamba-Ku kalian semuanya
melakukan kesalahan (dosa) pada malam dan siang hari dan Aku mengampuni dosa
semuanya bagi siapa saja yang memohon ampunan, maka mintalah ampun kepada-Ku
niscaya akan Aku ampuni.
Wahai hamba-Ku sesungguhnya tidak ada kemudharatan yang
dapat kalian lakukan kepada-Ku sebagaimana tidak ada kemanfaatan yang dapat kalian
berikan kepada-Ku. Wahai hambaku seandainya sejak orang pertama di antara
kalian sampai orang terakhir, dari kalangan manusia dan jin semuanya berada
dalam keadaan paling bertakwa di antara kalian, niscaya hal tersebut tidak
menambah kerajaan-Ku sedikitpun. Wahai hamba-Ku seandainya sejak orang
pertama di antara kalian sampai orang terakhir, dari golongan manusia dan jin
semuanya seperti orang yang paling durhaka di antara kalian, niscaya hal itu tidaklah
mengurangi kerajaan-Ku sedikitpun juga.
Wahai hamba-Ku, seandainya sejak orang pertama di
antara kalian sampai orang terakhir semuanya berdiri di sebuah tanah
lapang lalu kalian meminta kepada-Ku, kemudian setiap orang yang meminta Aku
penuhi permintannya, niscaya hal itu tidak mengurangi apa yang ada pada-Ku
kecuali bagaikan sebuah jarum yang dicelupkan di tengah lautan. Wahai hamba-Ku,
sesungguhnya semua perbuatan kalian akan diperhitungkan untuk kalian kemudian
diberikan balasannya, siapa yang mendapatkan kebaikaan maka hendaklah dia memuji
Allah dan bersyukur kepad-Nya, dan siapa yang mendapatkan selain itu maka janganlah
ada yang dicela kecuali dirinya sendiri.” (HR. Muslim)
Hadits qudsi yang mulia ini menerangkan kepada kita semua tentang
kesempurnaan Alloh dalam nama-nama dan sifat-sifat-Nya. Sesungguhnya Robb yang
kita menyembah-Nya pada setiap siang dan malam adalah Robb yang Maha adil dan
maha bijaksana. Dia telah mengharamkan atas Diri-Nya kezhaliman karena kebaikan
dan kepemurahan-Nya. Dia tidak tidak akan menghukum hamba atas sesuatu yang
tidak ia perbuat. Dia juga tidak akan menyiksa seseorang karena dosa orang
lain. serta Dia tidak aka mnegurangi dari orang yang berbuat kebaikan
sedikitpun dari pahalanya bahkan setiap kebaikan yang dilakukan seorang hamba,
Alloh akan membalasnya dengan berlipat-lipat, sedangkan untuk keburukan, Alloh
hanya akan membalasnya dengan hukuman yang setimpal tanpa pelipatan. Alangkah
maha sempurnanya kebijakan Alloh
Allah Ta'ala berfirman:
“Barangsiapa yang mengerjakan amal yang saleh maka (pahalanya) untuk
dirinya sendiri dan Barangsiapa mengerjakan perbuatan buruk, maka (dosanya)
untuk dirinya sendiri; dan sekali-kali tidaklah Rabb-mu menganiaya hamba-hamba-Nya.”
(QS. Fushilat : 46).
“Barangsiapa membawa amal yang baik, maka baginya (pahala) sepuluh kali
lipat amalnya; dan Barangsiapa yang membawa perbuatan jahat maka ia tidak
diberi pembalasan melainkan seimbang dengan kejahatannya, sedang mereka
sedikitpun tidak dianiaya (dirugikan). (Qs. 6: 160).
Setelah Alloh mengharankam kezhaliman atas Diri-Nya Dia mengharamkan para
hamba-Nya untuk saling berbuat kezaliman. Kezhaliman secara bahasa adalah
meletakkan sesuatu tidak pada tempatnya. Dan kezhlaiman yang terbesar yang
paling mengundang kemurkaan Alloh adalah syirik. Allah
Ta'ala berfirman:
وَإِذْ قَالَ لُقْمَانُ لابْنِهِ وَهُوَ يَعِظُهُ يَا
بُنَيَّ لا تُشْرِكْ بِاللَّهِ إِنَّ الشِّرْكَ لَظُلْمٌ عَظِيمٌ
“Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi
pelajaran kepadanya: "Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah, sesungguhnya
memperseku-tukan Allah adalah benar-benar kezaliman yang besar". (Qs. 31:
13)
Kezhaliman bisa mengena pada jiwa (darah), harta dan juga kehormatan.
Rasulullah shallallohu alaihi wasallam telah memperingatkan akan hal ini:
اتقوا الظلم فإن الظلم
ظلمات يوم القيامة
“Takutlah kalian dari mendzalimi karena sesungguhnya kezhaliman
itu akan menjadi kegelapan-kegelapan pada hari kiamat.” (Hr. Muslim)
Tentang kezhaliman pada sisi harta, Rasulullah bersabda:
إنه لا يربو لحم نبت
من سحت إلا كانت النارأولى به
“Sesungguhnya tidaklah tumbuh daging dari sesuatu yang haram
melainkan neraka lebih pantas baginya.” (HR. Tirmidzi; dishahihkan oleh Syaikh
al-Albani)
Oleh karena itu kita lihat bagaimana salafus shalih sangat berhati-hati
dalam masalah harta ini sehingga salah seorang istri dari mereka ketika
suaminya hendak keluar rumah di pagi hari ia tak lupa membisikinya, “Wahai
suamiku, bertakwalah kepada Alloh dalam masalah harta, jangan engkau nafkahi
keluargamu dari harta yang haram, sesungguhnya aku mampu bersabar untuk menahan
lapar, akan tetapi aku tak mampu bersabar untuk menahan panasnya api neraka.”
Lihatlah Umar bin Abdul Aziz, suatu malam ia tengah duduk di hadapan lampu
di kamarnya. Tiba-tiba pintu kamar diketuk oleh anaknya, maka sebelum membuka
pintu ia bertanya lebih dulu, “Wahai anakku, engkau hendak berbicara tentang
urusan kaum muslimin ataukah tentang urusan keluarga?” sang anak menjawab, “Tentang
urusan keluarga wahai ayah.” Maka iapun mematikan pelita yang ada di depannya
dan menyalakn pelita milik pribadinya. Inilah skikap wara’ yang patut
kita teladani.
Suatu hari Khalifah Umar bin Abdul Aziz ditemui oleh panglima perang daulah
Islamiyah yang bernama Maslamah bin Abdul Malik. Sang panglima ini sengaja
tidak makan pagi di rumahnya karena ingin menikmati makan bersama khalifah.
Ternyata khalifah baru makan pagi setelah hari agak siang karena banyaknya para
pegawai daulah yang menemuinya. Kemudian khalifah mengambil segenggam kurma
penuh lalu bertanya kepada panglimanya, “Menurutmu cukupkah segengggan kurma
ini untuk mengganjal perut seseorang?” Panglima menjawab, “Aku tidak tahu.”
Lalu ia mengambil lagi segenngam kurma dengan tangannya yang lain (sehingga menjadi
dua genggam kurma) lalu bertanya lagi, “Menurutmu cukupkah dua gengggam kurma ini untuk mengganjal perut
seseorang?” Panglima menjawab, “Ya cukup.” Maka khalifah berkata, kalau dua
genggam kurma ini mencukupi untuk makan seseorang, lantas kenapa kita mesti
menerjang neraka?” fa’alaa ma
nadkhulun naar? Mendengar ini sang panglima tersebut terharu dan hampir
menangis, seraya berkata, wahi amirul mukminin, “Semoga Alloh mengangkat
derajatmu pada kalangan’illiyyin (orang-orang yang shalih). Sungguh engkau
telah mengajarkan kepadaku suatu pelajaran penting hari ini.”
Sesungguhnya harta itu memang manis dan menggiurkan. Akan tetapi Alloh
menjadikannya sebagai fitnah (cobaan) bagi hamba2-Nya. Maka barangsiapa yang
mendapatkannyha dari jalan yang halal niscaya Alloh akan memberkahinya dan ia
selamat dari resikonya, akan tetapi siapa yang mendapatkannya dari jalan yang
tidak halal, niscaya Alloh tidak akan memberkahinya dan ia tidak akan selamat
dari resikonya. Tentang manisnya harta ini Rasulullah shallallohu alaihi wasallam bersabda:
إن الدنيا حلوة خضرة
وإن الله مستخلفكم فيها فينظر كيف تعملون فاتقوا الدنيا واتقوا النساء
“Sesungguhnya dunia itu manis dan hijau. Dan sesungguhnya Allah menitipkan
kepada kalian dunia itu lalu Dia akan melihat apa yang kalian perbuat tentang
dunia, maka waspadalah kalian terhadap cobaan dunia dan waspadalah terhadap
cobaan wanita.”
Di antara akibat buruk mengonsumsi sesuatu yang tidak halal adalah doa seseorang tidak didengar dan tidak dikabulkan oleh Alloh. Hal ini sebagaimana dikabarkan oleh Rasulullah shallallohu alaihi wasallam bahwa ada seorang lelaki
yang menempuh perjalanan jauh, rambutnya kusut, dan tubuhnya berdebu, ia dalam
keadaan yang sangat butuh kepada Alloh, musafir yang kondisinya yang memelas,
jauh dari sanak dan saudaranya, penampilannya menunjukkan kepapaannya, lalu ia
menengadahkan kedua tangannya ke langit untuk berdoa. Satu-satunya harapan
baginya hayalah Alloh. Ia menghadapkan hati dan
menjulurkan kedua tangannya ke hadirat Alloh. Memohon seraya bertawassul
dengan asma’nya yang husna, Ya Robb, Ya Robb, akan tetapi Alloh Yang Maha pemurah tidak mengabulkan doanya. Kenapa? Karena makan dan
minumnya dari sesuatu yang haram, pakaiannya dari sesuatu yang haram, dagingnya
tumbuh dari yang haram. Bagaimana doanya akan dikabulkan?
Alangkah meruginya orang
yang seperti ini. Sebab, jika doa-doa kita tidak dikabulkan oleh Alloh kepada siapa lagi kita akan meminta? Padahal semua kebaikan dunia dan
akhirat ada di sisi-Nya. Semua jalan keluar dari kesulitan dan permasalahan
hanya ada di sisi-Nya. Siapakah yang dapat menolong seorang hamba jika Alloh
Robbul ‘alamin berlepas diri darinya? Mungkinkah seorang hamba tidak
membutuhkan Alloh meskipun sekejap mata?
Tidak, sekali kali tidak. Setiap hamba sangat butuh kepada Alloh dalam setiap detiknya, dalam setiap tarikan nafasnya. Jika Alloh menyerahkan seorang hamba kepada dirinya sendiri -meskipun sekejap mata-
saja niscaya ia akan celaka. Tentang iftiqorul kholq (kebutuhan seorang
hamba kepada Robb-nya), Nabi shallallohu
alaihi wasallam bersabda dalam lanjutan hadits di atas:
يَا عِبَادِي كُلُّكُمْ ضَالٌّ إِلاَّ
مَنْ هَدَيْتُهُ، فَاسْتَهْدُوْنِي أَهْدِكُمْ . يَا عِبَادِي كُلُّكُمْ جَائِعٌ
إِلاَّ مَنْ أَطْعَمْتُهُ فَاسْتَطْعِمُوْنِي أَطْعِمْكُمْ . يَا عِبَادِي
كُلُّكُمْ عَارٍ إِلاَّ مَنْ كَسَوْتُهُ فَاسْتَكْسُوْنِي أَكْسُكُمْ . يَا
عِبَادِي إِنَّكُمْ تُخْطِئُوْنَ بِاللَّيْلِ وَالنَّهَارِ وَأَناَ أَغْفِرُ
الذُّنُوْبَ جَمِيْعاً، فَاسْتَغْفِرُوْنِي أَغْفِرْ لَكُمْ،
Wahai para hambaku kalian semua tersesat kecuali siapa
yang Aku beri hidayah, maka mintalah hidayah kepada-Ku niscaya Aku akan
memberikan kalian hidayah. Wahai hambaku, kalian semuanya kelaparan kecuali
siapa yang aku berikan kepadanya makanan, maka mintalah makan kepada-Ku niscaya
Aku berikan kalian makanan. Wahai hamba-Ku, kalian semuanya telanjang kecuali
siapa yang aku berikan kepadanya pakaian, maka mintalah pakaian kepada-Ku
niscaya Aku berikan kalian pakaian. Wahai hamba-Ku kalian semuanya melakukan
kesalahan pada malam dan siang hari dan Aku mengampuni dosa semuanya, maka
mintalah ampun kepada-Ku niscaya akan Aku ampuni.
Benar, kita semua tersesat kecuali siapa yang diberi hidayah oleh Alloh. Jangankan kita, para nabi pun juga
tersesat seandianya bukan karena hidayah Alloh. Inilah Khalill ar-Rahman,
Imamul Hunafa’, Ibrahim 'alaihis salam berkata, sebagaimana diabadikan oleh Alloh:
قَالَ لَئِنْ لَمْ يَهْدِنِي رَبِّي لأكُونَنَّ مِنَ
الْقَوْمِ الضَّالِّينَ
"Sesungguhnya jika Tuhanku tidak memberi petunjuk kepadaku, pastilah
aku termasuk orang yang sesat.". (Qs. 6: 77).
Karena sangat butuhnya kita semua kepada hidayah Ilahi ini maka Allah
memerintahkan kita agar melantunkan dalam setiap shalat kita, munajat dan
permohonan berikut:
اهْدِنَا
الصِّرَاطَ الْمُسْتَقِيمَ
“Tunjukilah kami jalan yang lurus,” (Qs.
Al-Fatihah:6).
Permohonan ini kita ulang
dalam sehari semalam minimal tujuh belas kali. Ini menunjukkan betapa sangat
butuhnya kita kepada petunjuk atau hidayah Allah setiap saat.
Kemudian lanjutan hadits di atas:
“Wahai hamba-Ku, kalian semuanya kelaparan kecuali siapa
yang Aku berikan kepadanya makanan, maka mintalah makan kepada-Ku niscaya Aku
berikan kalian makanan. Wahai hamba-Ku, kalian semuanya telanjang kecuali siapa
yang aku berikan kepadanya pakaian, maka mintalah pakaian kepada-Ku niscaya Aku
berikan kalian pakaian.”
Setiap hamba sangat butuh kepada Alloh, baik untuk
kemaslahatan dunia maupun agamanya. Untuk kemaslahatan dunia sudah jelas, bahwa
rizki yang berupa makanan , minuman dan pakaian hanya Alloh -lah yang mampu
menganugerahkannya. La Rooziqa illa Llah. Allah Ta'ala berfirman:
“ Hai manusia, ingatlah akan nikmat Allah kepadamu.
Adakah Pencipta selain Allah yang dapat memberikan rezki kepada kamu dari
langit dan bumi ? tidak ada ilah selain dia; Maka Mengapakah kamu berpaling
(dari ketauhidan)?” (Qs. Faathir:
3)
Demikian juga dengan kebutuhan kita terhadap ampunan Alloh. Jika Alloh tidak mengampuni dosa-dosa kita niscaya kita termasuk
orang yang merugi. Allah Ta'ala berfirman tentang Adam 'alaihis salam dan
istrinya yang bertaubat seraya memanjatkan doa berikut :
"Ya Tuhan kami,
kami telah menganiaya diri kami sendiri, dan jika Engkau tidak mengampuni kami
dan memberi rahmat kepada kami, niscaya pastilah kami termasuk orang-orang yang
merugi.” (Qs. Al-A'raaf; 23)
Pelajaran yang dapat diambil dari hadits di atas:
1.
Sesungguhnya Allah Maha suci dari sifat zhalim. Dia tidak
menzhalimi hamba-Nya meski seberat dzarrah pun. Bahkan Dia-lah Dzat yang Maha
adil. Seluruh syari'at (hukum-hukum) Nya adalah adil. Perbuatan-Nya juga adil.
2.
Wajibnya menegakkan keadilan di antara manusia serta
haramnya kezaliman di antara mereka. Hal ini merupakan salah satu tujuan (maqashid)
ajaran Islam yang paling penting.
3.
Wajib bagi setiap orang untuk memohon hidayah (petunjuk)
dan memintanya kepada Allah ta’ala seraya menempuh sebab-sebabnya yaitu
menuntut ilmu agama.
4.
Semua makhluk sangat bergantung kepada Allah dalam
mendatangkan kebaikan dan menolak keburukan terhadap dirinya, baik dalam
perkara dunia maupun akhirat.
5.
Pentingnya istighfar (memohon ampun) atas perbuatan dosa
dan sesungguhnya Allah ta’ala berjanji akan mengampuninya.
6.
Lemahnya makhluk dan ketidakmampuan mereka dalam menolak keburukan
atau mendatangkan kemanfaatan.
7.
Kekayaan Allah Ta'ala sangat melimpah dan tak terbatas. Bahkan
kekayaan-Nya tidak akan berkurang jika Dia memberi kepada para hamba-Nya apa
saja yang mereka minta. Hal ini mendorong kita untuk berharap dan banyak memohon
kepada-Nya.
8.
Wajib bagi setiap mu’min untuk bersyukur kepada Allah
ta’ala atas ni’mat-Nya dan taufiq-Nya.
9.
Sesungguhnya Allah ta’ala menghitung semua perbuatan
seorang hamba dan kelak pada hari kiamat akan membalasnya.
10. Dalam hadits di
atas terdapat petunjuk untuk selalu mengevaluasi diri (muhasabah)
Demikianlah
penjelasan singkat hadits Qudsi di atas, dan Semoga shalawat dan salam
senantiasa Allah limpahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad, para keluarga
dan segenap sahabatnya.