Banyak cara yang dipilih Allah untuk menuntun hamba-hamba yang dikehendaki-Nya
agar masuk ke dalam naungan Islam. Terkadang lewat dakwah, ceramah, perenungan,
dialog dan sebagainya. Di samping itu ada sebuah cara yang unik dan mengagumkan
yang dipilih oleh Allah untuk memandu hamba-hamba-Nya ke dalam pangkuan Islam,
agama yang haq di sisi-Nya. Cara tersebut adalah lewat mimpi. Ya, lewat mimpi.
Cara ini demikian lembut dan meninggalkan kesan yang mendalam. Hal ini tidak hanya
dialami oleh satu atau dua orang saja, akan tetapi ratusan orang yang telah dibimbing oleh Allah melalui cara
ini. Di antara mereka adalah Rudi, seorang warga Parung Banteng Bogor yang
berusia sekitar 35 tahunan.
Ketika itu saya sedang berceramah di satu masjid at-Taqwa, Pakojan Bogor.
Di tengah-tengah ceramah tiba-tiba masuklah dua orang laki-laki, yang satu
memapah kawannya yang berjalan dengan sedikit pincang sembari memegang tongkat.
Setelah agak dekat saya mulai mengenali salah satu dari dua orang tersebut, ia
adalah ust. Ahmad, seorang da’i yang dikenal gigih menyantuni orang-orang yang lemah
dan juga membimbing para muallaf.
Ust. Ahmad kemudian mendekatiku dan berkata, “Saya mohon kepada anda agar setelah
selesai acara ceramah laki-laki yang saya bawa ini dibimbing untuk mengucapkan
dua kalimat syahadat karena ia sudah bertekad untuk masuk Islam. Ia datang ke
sini bersama istri dan dua anaknya yang masih kecil untuk menyatakan
keislamannya.”
Dengan senang hati saya menyanggupi permintaannya kemudian ust. Ahmad pun
pergi untuk melanjutkan aktivitasnya. Ketika itu jam menunjukkan pukul 07.45
pagi, hari Jumat tanggal 13 Jumadil Awal atau 10 Pebruari 2017. Lima belas
menit kemudian ceramah saya akhiri dan saya berkata kepada para jamaah, “Di
samping saya ini adalah seorang laki-laki yang ingin menyatakan keIslamannya
dan siap dibimbing untuk melafazkan dua kalimat syahadat. Oleh karena itu bagi para
jamaah yang masih memiliki keluangan waktu silahkan menyaksikan prosesi
keislamannya.”
Sebelum membimbing mengucapkan dua kalimat syahadat bertanya kepadanya tentang
apa yang mendorongnya untuk masuk Islam dan agama apa yang ia anut selama ini.
Ia menjawab, “Selama ini saya dan keluarga saya serta kedua orang tua saya semuanya
menganut agama nasrani. Yang mendorong saya untuk masuk Islam adalah sebuah
mimpi yang saya lihat berulang kali dalam tidur saya. Dalam mimpi tersebut saya
seperti dituntun mendatangi sebuah rumah ibadah yang bukan gereja, tetapi masjid.
Ya, sebuah masjid yang sangat luas dan megah sekali, bersih dan berwarna putih.
Di dalam masjid itu saya lihat sekelompok orang yang sedang melakukan ibadah
shalat. Mereka berdiri, ruku’ dan sujud. Di dalam hati kecil saya ada bisikan halus
bahwa saya harus melakukan ibadah seperti mereka ini. Akan tetapi saya hanya bisa
berdiri diam, terpaku di bagian belakang masjid seraya memandangi orang-orang
yang sedang khusyu’ menunaikan shalat berjamaah.
Setelah usai melakukan shalat mereka duduk sejenak memuji-muji dan menyebut
nama Allah. Kemudian mereka pun bubar dan berangsur-angsur meninggalkan masjid
tersebut. Mereka yang hendak keluar meninggalkan masjid tersebut melihat saya tetapi
tak satupun dari mereka yang menegur saya. Tidak ada yang bertanya “Siapa anda
atau dari mana anda?”
Hati kecil saya merasa sedih karena tidak ada seorang pun di antara mereka
yang menghiraukan saya. Saya hanya terdiam dan tak tahu apa yang harus saya
perbuat. Yang jelas saya merasa gelisah dan setelah itu saya terbangun.
Kalau saja mimpi itu terjadi hanya sekali atau dua kali, tentu saya akan menganggapnya
hanya sekedar bunga-bunga tidur. Akan tetapi mimpi itu berulang-ulang saya alami,
bahkan selama sepuluh kali dalam sepuluh malam berturut-turut. Terkadang saya
mengalaminya jam dua malam, terkadang jam tiga dan terkadang jam 02.30 dini
hari. Setiap kali saya terbangun dari mimpi tersebut saya merasa gelisah dan
berpikir, apa gerangan makna atau ta’bir mimpi tersebut? Akhirnya saya
menyimpulkan sendiri bahwa saya harus masuk ke dalam agama ini, ya’ni agama Islam
dan meninggalkan keyakinan kristen saya. Saya jadi yakin sekali bahwa mimpi
tersebut bukan sekedar bunga tidur akan tetapi petunjuk yang datang dari
Pencipta alam semesta. Saya tidak ragu lagi setelah mimpi tersebut bahwa Islam lebih
benar benar daripada keyakinan saya yang selama ini saya anut.
Atas masukan seorang guru, saya disarankan untuk mendatangi ust. Ahmad yang
biasa membimbing orang-orang muallaf,
maka saya dan istri saya pun bertamu ke rumahnya dan kami sempat bermalam di
situ selama dua malam. Pada malam pertama saya menginap di rumahnya saya pun
masih bermimpi seperti itu dan itu untuk yang kesepuluh kalinya.
Nah, keesokan harinya beliau menjelaskan kepada saya garis-garis besar agama
Islam yang intinya adalah tauhid yaitu mengesakan Allahu Ta'ala dan menyakini bahwa
Nabi Muhammad shallallohu alaihi wasallam
itu benar-benar nabi yang diutus oleh Allah untuk seluruh umat manusia. Saya juga
mendapat penjelasan dari beliau bahwa Yesus itu sebenarnya hanyalah seorang
nabi dan rasul, sebagaimana nabi-nabi yang lainnya, dan sama sekali ia bukanlah
anak Allah.
Dengan penuh kerelaan dan kelapangan dada saya menerima semua yang
disampaikan oleh ust. Ahmad, begitu pula istri saya. Saya tidak membantah
sedikit pun apa yang beliau sampaikan. Hati saya terasa lapang untuk memeluk
Islam, tanpa ada keberatgan sedikitpun. Dan siang itu pula saya ikrarkan bahwa
saya telah menerima Islam. Kemudian pada malam berikutnya saya tidak lagi
melihat mimpi yang selama ini saya lihat berulang-ulang.” Demikian Pak Rudi
menuturkan kisah keislamannya.
Saya dan jamah pengajian merasa terharu menyimak penuturan kisahnya. Dalam
hati kecil saya bergumam, “Alangkah mudahnya bagi Allah untuk memberi hidayah
kepada hamba-Nya dan alangkah beruntungnya orang ini karena telah diselamatkan
oleh Allah dari api neraka melalui mimpinya.”
Kemudian saya teringat dengan firman Allah Ta'ala dalam surah al-An’am:
“Barangsiapa yang Allah hendak memberinya petunjuk maka Allah lapangkan
dadanya untuk menerima Islam. Dan barangsiapa yang dihendaki sesat oleh-Nya maka
Allah jadikan dadanya sempit dan sesak –untuk menerima Islam- seakan-akan ia
sedang mendaki ke langit.” (Qs. Al-An’am: 125)
Setelah tuntas kami menyimak kisah keislamannya maka saya tuntun Pak Rudi
untuk melafazkan dua kalimat syahadat. Kemudian istrinya juga melafazkan dua
kalimat syahadat dengan dibimbing oleh istri ust. Ahmad. Demikianlah, pagi yang
cerah itu telah menyaksikan keislaman dua orang hamba Allah di sebuah masjid
yang penuh barokah.
Sungguh berbahagialah mereka yang telah dituntun oleh Allah untuk memeluk
agama ini sebab ini adalah kunci keselamatan dunia dan akhirat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar