Rabu, 22 Februari 2017

Mimpi Telah Mengantarnya ke Dalam Islam



Mimpi Telah Mengantarnya Ke Haribaan Islam

Banyak cara yang dipilih Allah untuk menuntun hamba-hamba yang dikehendaki-Nya agar masuk ke dalam naungan Islam. Terkadang lewat dakwah, ceramah, perenungan, dialog dan sebagainya. Di samping itu ada sebuah cara yang unik dan mengagumkan yang dipilih oleh Allah untuk memandu hamba-hamba-Nya ke dalam pangkuan Islam, agama yang haq di sisi-Nya. Cara tersebut adalah lewat mimpi. Ya, lewat mimpi. Cara ini demikian lembut dan meninggalkan kesan yang mendalam. Hal ini tidak hanya dialami oleh satu atau dua orang saja, akan tetapi ratusan orang  yang telah dibimbing oleh Allah melalui cara ini. Di antara mereka adalah Rudi, seorang warga Parung Banteng Bogor yang berusia sekitar 35 tahunan.
Ketika itu saya sedang berceramah di satu masjid at-Taqwa, Pakojan Bogor. Di tengah-tengah ceramah tiba-tiba masuklah dua orang laki-laki, yang satu memapah kawannya yang berjalan dengan sedikit pincang sembari memegang tongkat. Setelah agak dekat saya mulai mengenali salah satu dari dua orang tersebut, ia adalah ust. Ahmad, seorang da’i yang dikenal gigih menyantuni orang-orang yang lemah dan juga membimbing para muallaf.
Ust. Ahmad kemudian mendekatiku dan berkata, “Saya mohon kepada anda agar setelah selesai acara ceramah laki-laki yang saya bawa ini dibimbing untuk mengucapkan dua kalimat syahadat karena ia sudah bertekad untuk masuk Islam. Ia datang ke sini bersama istri dan dua anaknya yang masih kecil untuk menyatakan keislamannya.”
Dengan senang hati saya menyanggupi permintaannya kemudian ust. Ahmad pun pergi untuk melanjutkan aktivitasnya. Ketika itu jam menunjukkan pukul 07.45 pagi, hari Jumat tanggal 13 Jumadil Awal atau 10 Pebruari 2017. Lima belas menit kemudian ceramah saya akhiri dan saya berkata kepada para jamaah, “Di samping saya ini adalah seorang laki-laki yang ingin menyatakan keIslamannya dan siap dibimbing untuk melafazkan dua kalimat syahadat. Oleh karena itu bagi para jamaah yang masih memiliki keluangan waktu silahkan menyaksikan prosesi keislamannya.”
Sebelum membimbing mengucapkan dua kalimat syahadat bertanya kepadanya tentang apa yang mendorongnya untuk masuk Islam dan agama apa yang ia anut selama ini. Ia menjawab, “Selama ini saya dan keluarga saya serta kedua orang tua saya semuanya menganut agama nasrani. Yang mendorong saya untuk masuk Islam adalah sebuah mimpi yang saya lihat berulang kali dalam tidur saya. Dalam mimpi tersebut saya seperti dituntun mendatangi sebuah rumah ibadah yang bukan gereja, tetapi masjid. Ya, sebuah masjid yang sangat luas dan megah sekali, bersih dan berwarna putih. Di dalam masjid itu saya lihat sekelompok orang yang sedang melakukan ibadah shalat. Mereka berdiri, ruku’ dan sujud. Di dalam hati kecil saya ada bisikan halus bahwa saya harus melakukan ibadah seperti mereka ini. Akan tetapi saya hanya bisa berdiri diam, terpaku di bagian belakang masjid seraya memandangi orang-orang yang sedang khusyu’ menunaikan shalat berjamaah.
Setelah usai melakukan shalat mereka duduk sejenak memuji-muji dan menyebut nama Allah. Kemudian mereka pun bubar dan berangsur-angsur meninggalkan masjid tersebut. Mereka yang hendak keluar meninggalkan masjid tersebut melihat saya tetapi tak satupun dari mereka yang menegur saya. Tidak ada yang bertanya “Siapa anda atau dari mana anda?”
Hati kecil saya merasa sedih karena tidak ada seorang pun di antara mereka yang menghiraukan saya. Saya hanya terdiam dan tak tahu apa yang harus saya perbuat. Yang jelas saya merasa gelisah dan setelah itu saya terbangun.
Kalau saja mimpi itu terjadi hanya sekali atau dua kali, tentu saya akan menganggapnya hanya sekedar bunga-bunga tidur. Akan tetapi mimpi itu berulang-ulang saya alami, bahkan selama sepuluh kali dalam sepuluh malam berturut-turut. Terkadang saya mengalaminya jam dua malam, terkadang jam tiga dan terkadang jam 02.30 dini hari. Setiap kali saya terbangun dari mimpi tersebut saya merasa gelisah dan berpikir, apa gerangan makna atau ta’bir mimpi tersebut? Akhirnya saya menyimpulkan sendiri bahwa saya harus masuk ke dalam agama ini, ya’ni agama Islam dan meninggalkan keyakinan kristen saya. Saya jadi yakin sekali bahwa mimpi tersebut bukan sekedar bunga tidur akan tetapi petunjuk yang datang dari Pencipta alam semesta. Saya tidak ragu lagi setelah mimpi tersebut bahwa Islam lebih benar benar daripada keyakinan saya yang selama ini saya anut.
Atas masukan seorang guru, saya disarankan untuk mendatangi ust. Ahmad yang biasa membimbing orang-orang muallaf, maka saya dan istri saya pun bertamu ke rumahnya dan kami sempat bermalam di situ selama dua malam. Pada malam pertama saya menginap di rumahnya saya pun masih bermimpi seperti itu dan itu untuk yang kesepuluh kalinya.
Nah, keesokan harinya beliau menjelaskan kepada saya garis-garis besar agama Islam yang intinya adalah tauhid yaitu mengesakan Allahu Ta'ala dan menyakini bahwa Nabi Muhammad shallallohu alaihi wasallam itu benar-benar nabi yang diutus oleh Allah untuk seluruh umat manusia. Saya juga mendapat penjelasan dari beliau bahwa Yesus itu sebenarnya hanyalah seorang nabi dan rasul, sebagaimana nabi-nabi yang lainnya, dan sama sekali ia bukanlah anak Allah.
Dengan penuh kerelaan dan kelapangan dada saya menerima semua yang disampaikan oleh ust. Ahmad, begitu pula istri saya. Saya tidak membantah sedikit pun apa yang beliau sampaikan. Hati saya terasa lapang untuk memeluk Islam, tanpa ada keberatgan sedikitpun. Dan siang itu pula saya ikrarkan bahwa saya telah menerima Islam. Kemudian pada malam berikutnya saya tidak lagi melihat mimpi yang selama ini saya lihat berulang-ulang.” Demikian Pak Rudi menuturkan kisah keislamannya.
Saya dan jamah pengajian merasa terharu menyimak penuturan kisahnya. Dalam hati kecil saya bergumam, “Alangkah mudahnya bagi Allah untuk memberi hidayah kepada hamba-Nya dan alangkah beruntungnya orang ini karena telah diselamatkan oleh Allah dari api neraka melalui mimpinya.”
Kemudian saya teringat dengan firman Allah Ta'ala dalam surah al-An’am:
“Barangsiapa yang Allah hendak memberinya petunjuk maka Allah lapangkan dadanya untuk menerima Islam. Dan barangsiapa yang dihendaki sesat oleh-Nya maka Allah jadikan dadanya sempit dan sesak –untuk menerima Islam- seakan-akan ia sedang mendaki ke langit.” (Qs. Al-An’am: 125)
Setelah tuntas kami menyimak kisah keislamannya maka saya tuntun Pak Rudi untuk melafazkan dua kalimat syahadat. Kemudian istrinya juga melafazkan dua kalimat syahadat dengan dibimbing oleh istri ust. Ahmad. Demikianlah, pagi yang cerah itu telah menyaksikan keislaman dua orang hamba Allah di sebuah masjid yang penuh barokah.
Sungguh berbahagialah mereka yang telah dituntun oleh Allah untuk memeluk agama ini sebab ini adalah kunci keselamatan dunia dan akhirat.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar